AKSARA EDITORIALNARASI

Menyesap Kopi Khas Dayak Erikano Kalteng, Paduan Rempah Warisan Leluhur Bikin Nagih

Aksaraborneo.com, Palangkaraya – Orang tak akan menyangka di bangunan Gereja yang terletak di jalan Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah terdapat seorang pendeta peracik kopi khas suku Dayak. 

Bernama Erika (48) seorang pendeta yang mengabdikan diri untuk pelayanan umat, namun terpanggil untuk mengenalkan dan mengembangkan potensi kekayaaan alam lokal melalui biji kopi. 

Saat ditemui, perempuan yang memilih tidak menikah ini sedang melakukan aktivitas sehari-hari dengan setelan baju yang sederhana. 

Dengan ramah manyambut mempersilahkan duduk, dan meminta izin mengganti bajunya dengan setelan yang rapi, karena hendak diwawancarai. 

Ruangan di belakang Gereja GSKI Bukit Raya tersebut tampak rapi, dihiasi dengan berbagai lukisan, bunga, sofa warna hijau dan kursi, dipadu cat dinding warna putih. 

Dia pun mulai meceritakan awal mula bergelut dengan biji kopi yang didapat dari petani Pangkoh, Pulang Pisau. Ternyata kopi khas Dayak Kalteng yang mulai tidak popular. Padahal memiliki rasa dan aroma tak kalah dengan Kopi Gayo atau kopi terkenal lainnya. 

“Saya melihat kopi Dayak yang mulai ditinggalkan masyarakat lokal, karena banyak produk dari luar mulai masuk, dari situlah saya punya tekad memperkenalkan dan mengembangkan kopi dayak,” kata Erika, tak lama ini.

Tekad bulat itu, diiringi dengan pengalaman Erika waktu kecil. Dia sering menyesap kopi buatan neneknya yang dinilai sangat enak, aromanya pun semerbak segar. 

Serta, melihat neneknya meracik kopi dengan cara manual. Memilih biji kopi pilihan, membersihkan, menjemur, hingga penyangraian dipadu dengan rempah yang tumbuh di Kalteng. 

Dari sekilo biji kopi, Erika memberanikan diri mengolah biji kopi resep wariasan leluhurnya. Lalu meminta pendapat keluarga dan teman dekatnya tentang rasanya. 

Ternyata pendapat tentang rasa kopi menuai pujian karena rasanya sangat enak dan memiliki keotentikan. Erikan pun semakin sumringah dan yakin ditambah kakak rohani meneguhkan apa yang dia usahakan. 

Tanggal 19 Agustus 2019, 3 tahun yang lalu Erika datang ke Dinas terkait di Kota Palangkaraya, untuk meminta saran dan pendapat terkait kopi olahannya. 

Berbagai izin diurusnya, dari nomor induk berusaha, PIRT hingga sertifikasi halal didapatkan dengan brand nama Erikano, yang diambil dari nama Erika sendiri. 

… 

Proses Olahan Biji Kopi Dayak Dari Dataran Rendah Pangkoh, Pulang Pisau Kalteng

Erika sudah Tiga tahun menggeluti meracik kopi khas suku Dayak Kalteng. Melalui tangannya biji kopi menjadi produk kebanggan daerah bahkan buah tangan yang harus dimiliki pelancong jika singgah di Palangkaraya. 

Dalam pengerjaan kopi Dayak Erikano, perempuan bertubuh tanggung memakai kacamata ini memperkerjakan 3 orang pegawai. Dari penggilingan, penyangraian, hingga pengemasan. 

Di ruangan khusus, di komplek Gereja GSKI Bukit Raya, Palangkaraya, biji kopi diolah. Tahap pertama membersihkan dan memilih biji kopi pilihan. 

Tahap kedua mencuci biji kopi hingga benar-benar bersih lalu dijemur di bawah terik matahari. Proses ini agar biji kopi semakin renyah, bersih dan kering. 

Selanjutnya, biji kopi tersebut disangrai dengan suhu kepanasan yang telah diatur. Lalu siap untuk digiling. Seterusnya, proses pengemasan, Erika pun tak jarang turun tangan membantu pegawainya. 

Memilih biji kopi dari Pangkoh, Pulang Pisau bukan tanpa alasan. Menurutnya kopi dari petani di sana cocok dengan rasa yang diharapkan, Erika pun berani membeli dengan harga cukup tinggi. 

“Saya sudah berburu biji kopi di Kalteng, yang cocok dari petani Pangkoh, Pulang Pisau. Tidak apa-apa saya membeli dengan harga yang lumayan karena untuk petani agar berkembang juga,” jelas Erika. 

Pasalnya, perkebunan kopi di Kalteng tak banyak dilirik oleh petani-petani dikarenakan harga biji kopi yang anjlok dibanding hasil perkebunan seperti sawit dan lainnya. 

Hal itu membuat lahan-lahan perkebunan kopi beralih menjadi perkebunan sawit, dan harga kopi seolah tak ada harganya. Ditambah kopi-kopi dari luar daerah masuk ke Kalteng. 

Namun itu tak membuatnya berkecil hati, justru memompa semangatnya, “Jika daerah lain bisa, kenapa kita tidak bisa yang ditunjang dengan kekayaan alam yang luarbiasa ini,” bebernya.

. . . 

Paduan Kopi Dayak Dengan Resep Turun-temurun Leluhur Rempah Khas Kalteng

Kopi Dayak Erikano olahan Erika tak sepenuhnya biji kopi. Namun ada rempah-rempah khusus yang membuat rasa dan aromanya kian digemari masyarakat. 

“Yang membedakan dari kopi lainnya adalah resep rempah-rempah dari nenek ke saya. Dulu saya lihat nenek buat kopi dengan ditumbuk dipadu rempah-rempah. Itu yang buat rasanya segar buat nagih,” jelas Erika. 

Resep tersebut merupakan rahasia usahanya, meski masyarakat tahu rempah-rempah tersebut, namun belum tentu mengetahui cara dan takaran berapa banyak yang dipadukan. 

Karena aromanya sangat kuat, Erika menuturkan pengalaman menariknya. “Tetangga di sini pasti tahu kalau saat menyangrai atau menggiling kopi, karena aromanya itu gimana,” ucapnya. 

Saat menyesap kopi Erikano, dia mencoba mendeskripsikan dengan kata-kata, namun nampaknya karena rasa dan aroma sangat otentik, Erika hanya mengatakan “Aromanya harum dan segar rasanya pun gimana ya, pokoknya membuat ketagihan,” ujarnya. 

Semula bukan penggemar kopi, Erika pun kini menjadi pencinta kopi karena usahanya itu. Mau tidak mau harus belajar jenis kopi dan keunggulan setiap biji kopi. 

… 

Rintis Buat Cafe Kopi Lokal Dayak

Mengamati belum adanya tempat di Palangkaraya atau Kalteng menyajikan minuman kopi lokal Dayak, Erika mengatakan dalam proses pembuatan cafe. 

Peluang itu ditangkap bekerja sama dengan komunitas kopi. Semantara itu, saat ini dia sedang dalam pembuatan kursi-kursi dan lainnya, dimana lokasinya di jalan Junjung Buih 3 no 40 Palangkaraya. 

Rencannya, cafe tersebut bakal digarap dengan konsep khusus minuman lokal khas Dayak. Yang diharapkan tamu-tamu dari daerah lain dapat mengenal Kopi Dayak dan kekayaan alam lainnya di Bumi Tambun Bungai. 

Sehingga, pelancong bisa mendapati cafe khusus minuman Dayak yang saat ini belum ada, dan rasanya tak afdol jika berkunjung ke Palangkaraya tak menyesap Kopi Dayak. 

Tak hanya itu, masyarakat lokal dan generasi muda juga diharapkan lebih mengenal dan bangga terhadap wariasan leluhurnya melalui kopi Dayak. 

UMKM Lokal pun tak perlu merasa minder karena produk yang mengangkat ke lokalnya, karena menurutnya itu adalah kekuatan ekonomi. 

…. 

Misi Sosial Kopi Erikano Dayak

Merangkap sebagai Pendeta, tak membuat Erika sangat peracik Kopi Dayak Erikano kehilangan fokus. Keseimbangan antara melayani umat dan usaha tetap berjalan seimbang. 

Usaha kopi miliknya dikatakan sebagai panggilan dan merupakan misi sosial menjadi berkat bagi masyarakat dan Daerah Bumi Tambun Bungai melalui olahan biji Kopi. 

Melalui usahnya itu, Erika dapat membuka lapangan pekerjaan bagi 3 orang pegawainya yang saat ini masih dalam skala UMKM. Cukup untuk penghidupan sehari-hari. 

Para petani kopi pun diusahakan semakin berkembang, melalui upaya membeli biji kopi dengan harga yang cukup tinggi serta berlangganan. 

Dengan begitu, diharapkan nama Kalteng akan semakin naik daun di kanca nasional maupun manca negara melalui produk-produk olahannya. Pegawai dan petani kopi dapat sejahtera. 

“Ini merupakan sosial, saya dapat membuka lapangan pekerjaan, dan mengangkat nama daerah melalui dikenalnya kopi Dayak,” ujar Erika. 

…. 

Dukungan Pemerintah Melestarikan Produk Unggulan Lokal

Meski awal melangkah membuat produk kopi Dayak Erikano murni melalui uang pribadi, namun Erika tidak menyangkal peran penting Pemerintah dalam memuluskan usahanya. 

Pemerintah Kota Palangkaraya menurutnya telah mendukung, dari berbagai izin yang diterbitkan, pemasaran hingga wawasan mengenai kopi. 

“Pemerintah sangat mendukung, berbagai izin dan dukungan lainnya dipermudah. Harapannya ya semakin dikembangkan agar masyarakat lokal semakin mencintai produk lokal,” jelas Erika. 

3 tahun berlalu saat merintis usahanya, kini Erikano mulai dikenal oleh masyarakat Kalteng sendiri yang awalnya tidak tahu jika ada Kopi Dayak. 

Respon masyarakat rerata menyambut baik dan mengapresiasi akan rasa kopi racikannya yang dibandrol Rp 24 ribu untuk kopi Dayak Erikano dan Rp 40 ribu Kopi Dayak Erikano Bajakah. 

Kopi tersebut di pasarkan lewat, Dekrnasda, pusat oleh-oleh di jalan Batam, Palangkaraya dan tokoh lainnya. Selain itu, Erika juga memasarkan lewat media sosial dan berbagai kenalannya. 

Kopi dengan berat 180 gram itu sudah melalang buana, pernah dikirim di Surabaya, Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia. 

“Pengirimannya saat ini masih tahap nasional di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta dan daerah lainnya. Kita pernah dapat pesanan dari luar negeri namun belum tahu caranya dan bea cukainya mahal,” katanya. 

Kendati demikian, dia bercita-cita suatu saat produk Kopi Dayak Erikano buatannya dapat tembus di pasar manca negara menjadi berkat bagi setiap orang. (*) 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button