Bantaran Sungai Kahayan Dihantui Bahaya Abrasi
AKSARABORNEO.COM, PALANGKARAYA – Bencana Abrasi sungai terjadi berkesinambungan beberapa waktu ini di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, membuat warga yang tinggal di bantaran sungai Kahayan merasa tidak aman, merasa dihantui karena bahaya sewaktu-waktu dapat terjadi.
Kabid Perumahan Disperkimtan Kota Palangkaraya, Muhammad Alfath menyebutkan setelah melakukan survey di 40 persen warga yang berjumlah 200 jiwa mengatakan setuju untuk direlokasi, meski beberapa terdapat persyaratan atau catatan.
“Per hari ini ada 200 rumah yang kami survey. 99 persen siap di relokasi. Ada satu rumah yang tidak mau, dia cukup lama tinggal di sana. Dari data itu, lami menemukan sebagian besar mereka punya rumah di tempat lain,” katanya, Senin (16/1/2023).
Pihaknya berhati-hati dalam sebuah kebijakan, mesti memiliki data yang valid terperinci, jangan sampai blunder di kemudian hari.
Data yang dihimpun sesuai tupoksinya meliputi, berapa banyak jiwa yang tinggal di tempat tersebut, terdapat berapa rumah, kondisinya seperti apa, alasan tinggal, hingga pekerjaan.
Meskipun dalam peraturan yang berlaku, kawasan tersebut tidak diperbolehkan adanya permukiman masyarakat, berjarak 100 meter dari sungai.
“Opsinya ada satu (untuk warga yang tinggal di bantaran sungai), mereka harus pindah, namun ada tahapan yang kita penuhi, datanya harus valid dan lengkap,” bebernya.
“Landasan hukum yang kuat, alasan yang kuat, tidak menabrak regulasi. Makannya kita fokus menyiapkan data saat ini,” lanjutnya.
Menurutnya, suatu kebijakan relokasi diperlukan kajian dan data yang matang, tidak mungkin suatu kebijakan tersebut keluar tanpa data yang mendukung, dan tentunya mempengaruhi anggaran yang disediakan.
Misalnya berapa ukuran rumah yang dirujuk relokasi, luasan tanah berapa, berapa jiwa, berapa jumlah rumah yang bakal dibangun.
“Harus dihitung, tidak boleh mendahului data, bakal menjadi ambigu. Kebijakan sudah keluar, anggaranya belum keluar,” jelasnya.
Menilik kawasan bantaran sungai, dijelaskannya kawasan tersebut memiliki kontur tanah yang tidak stabil berjenis aluvial, yang tidak layak untuk ditinggali sebagai pemukiman masyarakat.
Jenis tanah alluvial jika hujan menjadi lembek, jika panas akan retak, hal tersebut yang perlu dijadikan catatan jika tinggal di kawasan tersebut, sewaktu-waktu bahaya mengintai warga yang tinggal.
“Kita lihat, kondisi tanah dan rumah di sana bervariasi, ada yang cukup baik, ada strukturnya tidak laying, miring. Itu adalah Tanah Aluvial atau clay, kondisi basah lunak, panas akan retak, tidak stabil, retakan, rawan ambles,” terangnya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Palangkaraya, Emi Abriyani menyampaikan sudah ada 3 kejadian Abrasi berturut-berturut, di jalan flamboyan Bawah, Ahmad Yani lalu di Jalan Kalimantan gang Kencana dan di daerah Kelurahan Marang.
6 rumah rusak parah, belasan rumah rusak ringan, jalan sepanjang 7 meter longsor, serta puluhan warga saat ini mengungsi. Sebagian di posyandu, Balai Basara dan saudara atau tetangga.
“Langkah-langkah saat ini yang kami lakukan, evakuasi masyarakat, posyandu diaktifkan sebagai pengungsian sementara, dapur umum serta memantau masyarakat. Kami bekerja kerjasama dengan dinas Perkimtan untuk melakukan pendataan,” kata Emi Abriyani.
Pihaknya juga telah melakukan pemetaan zona berisiko sedang, ringan hingga tinggi, untuk menghimbau kepada masyarakat secara dini, melakukan pemantauan dengan system Sonar.
“ Pantauan kami ada sepanjang 1 km lebih retakan tanah, harus waspada. Kami imbau warga agar berjaga-jaga, tidak lengah jika bencana datang. Untuk warga yang tepat tinggal di pinggir sungai kami ibau mengungsi dulu,” tegasnya.
Lebar sungai Kahayan di daerah Pelabuhan Rambang hingga Flamboyan bawah semakin menyempit, akibat warga yang tinggal di atas sungai yang menimbulkan endapan.